Rompi anti peluru

Rompi anti peluru

Adalah pakaian pelindung untuk meminimalkan cidera karena terkena peluru. Biasanya dipakai oleh personil militer dan polisi dalam tugas-tugas tertentu. Bahan untuk rompi anti-peluru diantaranya logam (baja atau titanium), keramik atau jenis polimer yang dapat memberikan perlindungan ekstra terhadap bagian-bagian vital pemakainya.

Rompi ini melindungi pemakainya dengan cara menahan laju peluru. Peluru dihentikan sebelum berpenetrasi ke dalam tubuh. Ketika rompi menahan penetrasi peluru, dorongan dari peluru direduksi dengan menyebarkan momentumnya ke seluruh tubuh. Pemakai tetap akan merasakan energi kinetik dari peluru, hal ini dapat menyebabkan luka memar, bengkak atau luka dalam yang cukup serius.

Salah satu polimer yang dikembangkan sebagai bahan rompi anti-peluru modern adalah kevlar. Kevlar dikenal juga sebagai twaron dan poli-parafenilen tereftalamida, yaitu suatu serat sintetik yang kekuatannya lima kali kekuatan tembaga, dengan berat yang sama. Kevlar sangat tahan terhadap panas, Kevlar ditemukan oleh perusahaan DuPont pada awal 1960-an dan merupakan hasil kerja dari Stephanie Kwolek. Kevlar merupakan merk dagang yang terdaftar oleh E.I. de Pont de Nemours and Company.

Bahan anti-peluru lain yang dikembangkan setelah kevlar diantaranya DSM’s Dyneema, Akzo’s Twaron, Toyobo’s Zylon (yang kontroversial, studi terbaru melaporkan, bahan ini terdegradasi dengan cepat sehingga pemakainya tidak terlindungi seperti yang diharapkan), atau Honeywell’s GoldFlex – semuanya merupakan merk dagang. Bahan-bahan yang baru ini lebih ringan, tipis, dan lebih tahan dibanding kevlar, namun harganya lebih mahal.

Fakta

Militer Pakistan berusaha meninggikan semangat para tentaranya yang akan berhadapan dengan pejuang Taliban Pakistan di Mingora. Mereka mendapatkan rompi anti peluru baru yang mereka anggap cukup melindungi mereka dari tembakan-tembakan Taliban.

Yang lucu, tentara-tentara ini akan membunuh para pejuang Islam Taliban dan menggunakan rompi anti peluru bertuliskan “Bismillah, Kemenangan Sudah Dekat”. Beberapa slogan-slogan lain seperti “Pakistan, hum tum pay qurban” atau “Pakistan Zindabad” (long live Pakistan) juga dicetak pada rompi-rompi anti peluru mereka, hal ini dianggap dapat memperkuat motivasi mereka saat berhadapan dengan pejuang Taliban yang tentu saja tidak menggunakan rompi anti peluru.

Seorang tentara berkata “kami akan keluar untuk membunuh kali ini, saya telah beberapa kali mengikuti operasi dan saya sangat bersemangat pada operasi yang akan kami lakukan ini”, kata seorang tentara yang memakai rompi bertuliskan “Bismillah”.

Seorang tentara lain bernama Brigadir Hameed dengan percaya diri berkata “Kami telah diberi misi, untuk memusnahkan para militan, kami anggap mereka sebagai musuh”.

Gambar-gambar tentara Pakistan yang tewas di pertempuran kerap ditayangkan di chanel-chanel televisi Pakistan sejak “perang melawan teror” dimulai di Waziristan pada tahun 2003, para tentara yang tewas tersebut bahkan dibuatkan lagu khusus untuk mengenang mereka karena mereka berperang demi mempertahankan negara.

Sebuah cuplikan klip juga memperlihatkan para tentara tak mau kalah dengan pejuang Taliban, mereka berteriak-teriak “Allahu Akbar” berkali-kali sebelum diterjunkan di daerah Peochar, salah satu benteng Taliban di wilayah Pakistan.[muslimdaily.net/DT]